hover { color: red; text-decoration: underline; cursor: hand; background-image:url(http://i27.tinypic.com/2626vyh.jpg)

Jumat, 08 Juni 2012

Cerpen " Pertengkaran itu Adalah Awal Mimpi Burukku "


Pertengkaran itu Adalah Awal Mimpi Burukku
Oleh : Rizma Dwi .M

Hidup memang penuh dengan teka-teki
Tapi Tuhan telah mengatur semuanya
Terkadang aku berfikir
Tuhan bangunkan aku dari mimpi panjang ini
Ingin aku menangis
Mengadukan semuanya pada alam
Tak pernah terbayangkan hidupku akan seperti ini
Tangis yang tersembunyi di balik tawa

Pertengkaran itu menentukan 99% hidupku
Ku ingin dia kembali
Rasa ini tak dapat ku ukir
Senang, sedih, tangis, atau tawa
Aku tak tau apa yang harus aku lakukan
Aku seakan tersetrum oleh kerasnya kehidupan
Tuhan…. Aku ingin sebuah kebahagiaan
Bukan terombang-ambing dalam kepalsuan

          “ hoaaammm ,”  desahnya mengawali pagi ini.
                Matanya masuh trasa berat untuk dibuka, meskipun dia tau bahwa sekarang telah pagi.malas rasanya bangkit dari tempat tidurnya itu.badannya seakan menempel di atas kasur empuknya itu.
                “ Zal, ayo bangun ini sudah pagi, mau sekolah ndak?’’ Tanya sang ayah.
                Rizal sontak kaget dan berkata, “ Ntaran kenapa yah, masih ngantuk nie.”
                “ Sekarang sudah jam 06.00 WITA. Nanti kamu bisa telat ke sekolahnya,” kata sang ayah.
 “ Ndak apa yah, 15 menit lagi dech,” kata Rizal manja sambil membenarkan selimutnya.
“ Biarin aja yah, ntar kalau telat dia juga yang rasakan. Paling nanti dia Cuma dimarah dan dihukum,” sahut risa ketus.
Pak Jodi diam saja, dia tak ingi terjadi pertengkaran di pagi itu. Pak Jodi tetap berusaha menbangunkan Rizal, anak bungsunya itu.
                “ Zal ayo bangun, ayah sudak masakin telur dadar dan omlete kesukaan kamu. Kalau kamu ndak bangun sekarang, ntar kamu ndak bisa sarapan lho,” rayu sang ayah.
                Rizal pun akhirnya luluh, dibuka kedua matanya dan segera bangkit dari tempat tidurnya. digoyang-goyangkan sejenak badan mungilnya untuk melemaskan otot-otot tubuh. Segera ia menuju ke kamar mandi. Sementara sang ayah merapikan tempat tidur, menyiapkan seragam, serta sarapan untuk dirinya.
                Tidak perlu waktu lama, cukup dengan 5 menit saja Rizal telah selesai mandi. Segera dikenakannya seragam sekolah yang telah disiapkan.
                “ kruuk,,,,,,krukkk,,,,krruukkk,”  suara perut Rizal.
                Dia tau suara itu pertanda bahwa dirinya sedang lapar. Segera ia berjalkan menuju meja makan dan menyantap sarapan paginya dengan lahap. Jam telah menunjukkan pukul 06.50 WITA, waktunya ia untuk pergi ke sekolah. Segera ia pergi ke sekolah di SDN 52 Mataram , dengan menyusuri gang-gang kecil.
***
          Setelah sampai di sekolahnya, Rizal segera menuju ke kelasnya. Diletakkan tasnya di atas bangku. Disempatkan olehnya untuk bermain dengan teman-temannya terlebih dahulu, sebelum bel masuk berbunyi.
                Ketika bel telah berbunyi, ege4ra Rizal dan teman-temannya berbaris di lapangan untuk mengikuti senam pagi. Gerakan badan Rizal lucu sekali, gerakan itu tidak sesuai dengan gerakan aslinya. Tapi,,, Rizal bergarak seakan sedang berjoget dangdut. ( hadeuuh, ada-ada saja ).
Setelah seman usai segra Rizal dan kawan-kawannya menuju ke ruang kelas. Dan ternyata Rizal lupa jika hari ini ada ulangan IPA, dan kemarin Rizl memang tidak belajar sama sekali.kemarin Rizal hanya pergi menembak dari sore hingga malam hari. Ketika Bu Sulis sang guru IPA masuk ke dalam kelas dan langsung membagikan soal-soal ulangan, seketika itu juga wajah Rizal menjadi berubah. Wajahnya menjadi kusut seperti baju 15 lipatan. Rizal tampak bingung sekali ketika melihat soal ulangannya. Rizal hanya bisa menggau-garukkan kepalanya, tanpa mampu menjawab soa-soaal ulangannya tersebut.
“ Hadeuuuhh ,” keluhnya.
Dilihat teman sebangkunya, yang dengan cepat mampu menyelesaikan soal-soal ulangan itu. Ya.. maklumlah teman sebangku Rizal memang juara kelas. Ketika melihat temannya itu, Rizal seakan mendapatkan ide cemerlang, bagaiman dia mampu menyelesaikan soal-soal ulangannya tersebut.
“ Vin saya nyontek ya, “ kata Rizal.
“ Ndak mau, kerjain sendiri donk,” kata Kevin.
“ Saya ndak tau jawabannya, kemarin saya ndak belajar Vin. Atau saya kasih kamu uang Rp. 5.000, gmana, mau ndak ?” rayu rizal.
“ Salah kamu sendiri donk, kenapa kamu ndak belajar. Maaf, tapi saya ndak mau uangmu Zal ,” bantah Kevin.
“ Iya sudah kalo’ kamu ndak mau…. Tapi… awas aja nanti, “ ancam rizal sambil membuang mukana ke kanan. ( jangan ditiru lho J)
” Iya-iya sini saya kerjain ulanganmu,” kata Kevin karena takut pada ancaman Rizal.
Dalam aktu singkat ulangan Rizal pun telah diseesaikan oleh Kevin. Segera mmereka mengumpulkan ulangnan mereka masing-masing, ketika bel eluar telah berbunyi. Rizal tersenyum riang karena  ulangannya bisa selesai juga. Hingga waktu bergulir dengan cepatnya. Kini waktu telah menunjukkan pukul 12.00, waktunya Rizal dan kawan-kawannya untuk pulang. Anak kelas 2 memang pulang lebih awal jika dibandingkan dengan kelas yang lainnya ( kecuali kelas satu). Tapi, Rizal tak langsung pulang ke rumahnya. Dia lebih memilih untuk bermain dahulu dengan teman-temannya dibandingkan dengan langsung pulang ke rumahnya. ( jangan ditiru ya… )
 Tepat pada pukul 13.00 WITA, Rial baru tiba di rumahnya.
“ Assalamualaikum…,” kata Rizal ketika sampai di rumahnya.
“ Waalaikumussalam…,kok baru pulang Zal?”Tanya sang ayah.
“ Tadi main di rumah teman dulu yah,” jawab Rizal sambil menuju ke kamarnya.
Rizal pun langsung mengganti pakaiannya dan makan siang. Setelah selesai makan bukannya istirahat, Rizal malah memilih untuk main di rumah temannya hingga sore hari. Ya… setiap hariwaktunya hana habis untukbermain, baik itu main bola, PS,nembak, maen sepeda , dan lain-lain.sang ayah pun seakan membiarkan hal tersebut. Karena, jika di rumah pun, Rizal selalu berantem dengan sang kakak. Masuk ke dalam kamar kakaknya pun tak di izinkan. Seakan-akan sang kakak tak perduli dengannya. Tetapi, Rizal tak pernah menghiraukan hal tersebut, meskipun tetangganya sering mengira Rizallah yang salah, nakal, dan selalu menggangu kakaknya. Padahal hal tersebut tidak 100% benar kok.
Rizal memeng hanya tinggal bertiga dengan ayah dan kakaknya Risa. Ibunya telah lama pergi meninggalkannya, ayahnya, dan Risa kakaknya. Saat itu usia Rizal baru satu tahun, ketika sang ibu memilih untuk pergi meninggalkannya. Massih sangat kecil, sejak saat itu Rizal tek pernah lagi merasakan kasih sayang seorang ibu. Sang  ibu lebih memilih untuk pergi jauh meninggalkannya dan menetap di pulau sebrang. Pulau Kalimantaan, yng menjadi pilihan sang ibu untuk menetap dan menjalankan kehidupan barunya bersama keluarga yang baru pula.
Rizal mungkkin tak setegar kakaknya, Rial sering meneteskan air mata ketika ada yang brtenyan tentang sang ibu. Semua terasa wajar, karena dia masih terlalu kecil menerima ini semua. Kini, sang ayahlah yang menggantikan peran seorang ibu untuknya. Tapi, sang ayahpun tak bisa sepenuhnya menggantikan peran seorang ibu untuknya. Mungkin bagi Pak Jodi pun sulit baginya untuk memiliki peran ganda, yakni menjadi seorang ayah sekaligus seorang ibu untuk anak-anaknya. Rizal seakan rindu tak rindu pada sang ibu. Rizal seakan tak ingin lagi menginginkan kehadiran seorang ibu di hidupnya.
“ Zal, pernah ndak kamu ditelpon sama ibumu?” Tanya Raisa.
“ Ndak,” jawab Rizal singkat.
“ Kangen ndak sama ibu? “ Tanya Anis.
“ Biasa aja,” jawab Rizal cuek.
“ Emangnya kamu ndak pingin ketemu sama ibumu ?’’ Tanya Raisa lagi.
“ Biarin sudah dia urus anaknya yang disana,” kata Rizal ketus.
“ Kalau punya ibu baru mau ndak ? “ tanya Anis.
“ Ndak mau punya ibu tiri,”katanya.
“ Takut ndak di sayang lagi ya,,, makanya ndak mau punyaibu tiri?” Tanya Anis.
“ Bayar dulu 5 Triliun, baru boleh nikah lagi.” Kata Rizal.
Raisa dan Anis pun tertawa mendengar ucapannya. Tiba-tiba Rizal meneteskan air matanya. Ntahlah apa arti air mata anak yang berusia 10 tahun itu. Ntah itu rindu, marah, sedih,takut, atau apa pun itu, tapi, tak ada yang tahu apa arti air mata itu. Mungkin Rizal rindu akn belaian seorang ibu. Meskipun sang ayah tidak memiliki pekerjaan yang tetap ( hanyabekerja jika ada tetangga yang minta tolongdibantu mengecetkan rumah saja ).
***
        Pertengkaran kedua orang tuanya dimasa silam, telah membuat sang ibu pergi jauh dari kehidupannya.  Bukan tanpa alas an sang ibu pergi, tak tahan mungkin itu yang menjadi alasan sang ibu untuk pergi. Perempuan mana yang tahan jika tak pernah di perhatikan ( tak pernah di beri uang belanja untuk memasak dan membeli makanan serta kabutuhannya sehari-hari ).  Sehingga membuat sang ibu harus rela membanting tulang sendiri, demi memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan kedua anaknya. Maklumlah, siapa yang akan memenuhi kebutuhannya bersama kedua anaknya, jika Pak Jodi tidak bekerja. Di suruh bekerja di proyek Pak Jodi tidak mau, di suruh jadi supir pun ia tak mau. Hingga akhirnya, Pak Jodi dibelika bemo oleh sang ayah, tapi ada syaratnya, yaitu Pak Jodi harus mansedekahkan rezekinya sehari Rp. 1000,00-. Namun , ternyata Pak Jodi tidak mau mensedekahkan rezekinya walaupun hanya Rp. 1000,00- per hari. Hingga semuadiambil kembali oleh kakek Rizal.
                Kini, semenjak sang ibu pergi, kehidupan mereka berubah. Risa dan Rizal pun kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Dari segi ekonnomi pun mereka kekurangan. Namun, mereka mampu bertahan menjalani hidup mereka, hingga pada akghirnya sang ayah menjual satu-satunya rumah mereka. Uangnya pun digunakan oleh sang ayah untuk membangun istana kecildi tempat yang dulunya menjadi garasi bemo tersebut.
                 Mengemban dua buah tugas sekaligus,menjadi  hal yang cukup berat dan sulit bagi Pak Jodi, sehinngga tak semua kebutuhan anak-anaknya dapat terpenuhi. Risa dan Rizal pun jauh berbeda. Jika kini Risa masih bisa menjalani kehidupannya seperti biasa dan meraih prestasi. Tapi, Rizal tidak. Meskipun usianya telah 10 tahun, namun kini Rizal masih duduk di bangku kelas dua SD. Ya… memang Rizal sudah dua kali tidak naik kelas. Padahal dulu ia juga sudah telat dimasukkan SD. Hanya satu alasannya mengapa Rizal tidak naik kelas yaitu, “ tidak bisa membaca”.
                “ Om, apa nndak sebaiknya Rizal di leskan membaca saja ?” tanyaa seorang tetangga Rizal.
                “ Ndak perlu lah mbak, nanti kalau sudah waktunya pasti bisa sendiri,” jawab Pak Jodi.
                “  Tapi, Rizal berbeda lho pak dengan Risa ,” kata sang tetangga.
                “  Nanti juga ada waktunya, ” jawab Pak Jodi singkat.
Rizal mungkin kurang diperhatikan. Dia bebas bermain kapanpun, dimanapun , dan berapa lamapun itu. Meskipun, Rizal menjadi tidak belajar karenanya, tapi, Rizal tak pernah ditegur oleh sang ayah. Rizal seakan-akan dibebaskan untuk bermain dan bermain. (hmmm… jangan ditiru ya). Semua itu terjadi akibat “ Broken Home” kedua oranmg tuanya, karena “ Keegoisan kedua orang tua mereka “. Rizal sebenarnya bukan anak yang nakal namun kurangnya perhatian dan  kasih sayang dari sang ibulah yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.
(semoga dia mau berubah ya )
***



Jika
Jika hujan dapat membasahi bumi dan mendinginkannya
Jika matahari dapat menerangi malam dan menghangatkannya
Jika jika angin dapat menghembuskan sepoian udara sejuk yang menyegarkan
Jika bulan dan bintang dapat menghiasi langit malam
Jika kupu-kupu dan burung dapat terbang bebas di atas awan
Dan
Jika aku boleh meminta padaMu Tuhan
Aku ingin putar kembali waktu ini ke 9 tahun silam
Ku ingin tak ada pertengkaran dan perpecahan diwaktu itu
Ku ingin keluargaku utuh Tuahan
Ada ayah, ibu, dan kakak yang kusayangi
Saling berbagi hingga kami mati
Tuhan
Ku tau ini hanyalah suara kecil yang terselubung dalam mimpi
Kini hanya ada aku sendiri yang bergulat dengan hayalan tinggi
Rasa dan pesan ini hanya dapat kutorehkan pada senja di sore hari
Pada merpati yang terbang tinggi
Semoga Tuhan dengar jerit hati ini
Keinginan kecil yang terbelenggu dala hati
Aminnn



Sekian & Terimakasih
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar